Pages

Subscribe:

Selasa, 24 September 2013

Berhenti bertanya mana jodohku? Tapi bertanyalah sudah dewasakah aku?

Masalah Jodoh dan kedewasaan adalah problematika serius terutama untuk muslimah. Dimanapun melangkah ada saja pertanyaan “Kapan menikah?” kapan menjadi ibu? Dan lain sebagainya yang mengarah pada masalah jodoh.

Dalam realita jodoh tak semudah saat dibicarakan.
Banyak orang berlomba mengajukan criteria idaman dengan standarisasi : wajah rupawan, berpendidikan tinggi, orang kaya, mapan dan hal duniawi lainnya. Haruskah seideal itu? Banyak yang menjawab ringan, “apa salahnya? Namanya juga ikhtiar”. Namun ada juga yang berkata, “saya hanya menginginkan suami yang shalih”. Sayangnya itu dikatakan ketika keriput sudah mulai nampak disetiap sudut, karena waktunya yang lalu hanya ia pikirkan untuk menyeleksi dari segi duniawi. Padahal dengan criteria kematangan akhlak, berilmu dan keshalihan yang diutamakan akan menjadikan pemikiran kita dewasa, siap mengarungi lika-liku bahtera dalam bingkai syariat. Memperhitungkan kriteria calon memang sesuai sunnah, namun kriteria tidak pernah menjadi penentu mudahnya orang menikah.
Kadang menjalin hubungan yang tidak halalpun mereka lakukan untuk berdalih mendapatkan jodoh, padahal justru itu yang mengurangi kemuliaan seorang wanita. Tak sadarkah kau tengah dijerumuskan nafsu? Menjemput jodoh dengan baik itu adalah lewat perbaikan diri, menyiapkan rencana yang lebih panjang, bukan membayangkan indahnya saja apalagi beraktifitas yang diharamkan oleh agama.

Sebenarnya kedewasaan kitalah yang mempengaruhi masalah jodoh. Terkadang kita hanya menuntut Allah untuk adil, meghiba dalam do’a, merintih pilu . Namun prestasi terbaik hanya sebatas menuntut, tidak tampak bukti kesungguhan untuk menjemput kehidupan rumah tangga dengan matangnya persiapan diri.

Jangan hanya membayangkan kehidupan rumah tangga itu enaknya saja, kehidupan keluarga adalah arena perjuangan, penuh liku dan ujian, dibutuhkan napas kesabaran panjang. Jangan berpikir dan bersiap menjadi ratu dan raja, tapi persiapkan diri mengarungi dan membina keluarga. Jika seseorang masih single, lalu dibuai penyakit malas dan manja, kehidupan keluarga macam apa yang diimpikan?
Jangan hanya pandai memahami sebuah kehidupan yang ideal, tapi nyali lemah saat harus melakukan pengorbanan meraih keidealan itu sendiri.

Bagaimana mungkin Allah akan memberi nikmat jodoh, jika kita tidak pernah siap untuk itu? "Tidaklah Allah membebani seseorang melainkan sekadar sesuai kesanggupannya." (QS Al Baqarah, 286).
Allah menganggap kita siap ketika sifat kedewasaan telah menjadi jiwa, hati kita telah bulat siap menerima realita kehidupan suka dan duka dengan lapang dada dalam berumah tangga.

Berhenti bertanya, mana jodohku?
Namun bertanya, sudah dewasakah aku?

Wallahu a'lam bisshawaab.

#ADK_LS | www.facebook.com/DakwahKreativ | @DakwahKreativ | @cahayaningrum3

0 komentar:

Posting Komentar