Masalah Jodoh dan kedewasaan adalah problematika serius terutama
untuk muslimah. Dimanapun melangkah ada saja pertanyaan “Kapan menikah?”
kapan menjadi ibu? Dan lain sebagainya yang mengarah pada masalah
jodoh.
Dalam realita jodoh tak semudah saat dibicarakan.
Banyak orang berlomba mengajukan criteria idaman dengan standarisasi :
wajah rupawan, berpendidikan tinggi, orang kaya, mapan dan hal duniawi
lainnya. Haruskah seideal itu? Banyak yang menjawab ringan, “apa
salahnya? Namanya juga ikhtiar”. Namun ada juga yang berkata, “saya
hanya menginginkan suami yang shalih”. Sayangnya itu dikatakan ketika
keriput sudah mulai nampak disetiap sudut, karena waktunya yang lalu
hanya ia pikirkan untuk menyeleksi dari segi duniawi. Padahal dengan
criteria kematangan akhlak, berilmu dan keshalihan yang diutamakan akan
menjadikan pemikiran kita dewasa, siap mengarungi lika-liku bahtera
dalam bingkai syariat. Memperhitungkan kriteria calon memang sesuai
sunnah, namun kriteria tidak pernah menjadi penentu mudahnya orang
menikah.
Kadang menjalin hubungan yang tidak halalpun mereka lakukan
untuk berdalih mendapatkan jodoh, padahal justru itu yang mengurangi
kemuliaan seorang wanita. Tak sadarkah kau tengah dijerumuskan nafsu?
Menjemput jodoh dengan baik itu adalah lewat perbaikan diri, menyiapkan
rencana yang lebih panjang, bukan membayangkan indahnya saja apalagi
beraktifitas yang diharamkan oleh agama.
Sebenarnya kedewasaan
kitalah yang mempengaruhi masalah jodoh. Terkadang kita hanya menuntut
Allah untuk adil, meghiba dalam do’a, merintih pilu . Namun prestasi
terbaik hanya sebatas menuntut, tidak tampak bukti kesungguhan untuk
menjemput kehidupan rumah tangga dengan matangnya persiapan diri.
Jangan hanya membayangkan kehidupan rumah tangga itu enaknya saja,
kehidupan keluarga adalah arena perjuangan, penuh liku dan ujian,
dibutuhkan napas kesabaran panjang. Jangan berpikir dan bersiap menjadi
ratu dan raja, tapi persiapkan diri mengarungi dan membina keluarga.
Jika seseorang masih single, lalu dibuai penyakit malas dan manja,
kehidupan keluarga macam apa yang diimpikan?
Jangan hanya pandai
memahami sebuah kehidupan yang ideal, tapi nyali lemah saat harus
melakukan pengorbanan meraih keidealan itu sendiri.
Bagaimana
mungkin Allah akan memberi nikmat jodoh, jika kita tidak pernah siap
untuk itu? "Tidaklah Allah membebani seseorang melainkan sekadar sesuai
kesanggupannya." (QS Al Baqarah, 286).
Allah menganggap kita siap
ketika sifat kedewasaan telah menjadi jiwa, hati kita telah bulat siap
menerima realita kehidupan suka dan duka dengan lapang dada dalam
berumah tangga.
Berhenti bertanya, mana jodohku?
Namun bertanya, sudah dewasakah aku?
Wallahu a'lam bisshawaab.
#ADK_LS | www.facebook.com/DakwahKreativ | @DakwahKreativ | @cahayaningrum3
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar